Sabtu, 16 Mei 2020

Menabung Buat Akhirat



Dalam konteks Islam, dalam hidup yang sebentar ini mestinya diisi dengan investasi atau menabung amal saleh. Kita mesti ingat, Ad-Dunyaa mazra’atu al-aakhirati atau dunia adalah ladang akhirat. Siapa menanam kebaikan, niscaya menuai kebaikan.
Siapa menanam keburukan, niscaya menuai keburukan. Bahkan, bukan sekadar itu. Siapa menanam banyak, niscaya menuai banyak. Siapa menanam sedikit, niscaya menuai sedikit. Lalu, bagaimana?
Semua kita akan dihadirkan atau dikumpulkan pada saat perhitungan amal. Saat itu semua amal manusia akan diaudit secermat-cermatnya.
Allah SWT berfirman, "Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.’’ (QS az-Zalzalah [99] : 7 – 8).
Semua orang beriman tidak meragukan akan terjadinya peristiwa ini. Peristiwa ini niscaya adanya. Dalam berbagai referensi ditemukan sejumlah sinonim Hari Kiamat di antaranya Hari Perhitungan (Yaum al-Hisaab), Hari Pembalasan (Yaum al-Jazaa), dan Hari Penyesalan (Yaum al-Hasrah).
Menyangkut hari perhitungan amal dan hari pembalasan amal kiranya sudah cukup jelas. Karena itu, tidak perlu dijelaskan (lagi) dalam rubrik ini. Namun, menyangkut hari penyesalan saya kira masih diperlukan.
Diriwayatkan pada Yaum al-Hasrah, semua orang tak terkecuali yang di dunianya gemar beramal baik akan merasa menyesal. Mereka menyesal karena amal baiknya ternyata kurang banyak.
Laksana orang yang gemar menabung, mereka bisa saja menyesal kalau ternyata tabungannya kurang banyak. Apalagi orang yang sama sekali tidak pernah beramal baik dan menyaksikan azab neraka telah tampak nyata di hadapannya.



Rimbo ulu, Susanto (GCST)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar