KELAKAR #2
PERBEDAAN NILAI Rp.5000
Susanto
(Rimbo Ulu - Jambi, 29 Mei 2020)
Selesai sholat magrib dan selesai mengaji pak Kyai dan
para murit melakukan dialog ringan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan
agama Islam, Pak Kyai memulai pembahasan yang mengherankan para muridnya:
Kyai :
Para muridku ada yang tahu kenapa nilai mata uang Rp.5000 itu bisa berbeda?
Ada yang tahu penyebabnya?
Murid 1 :
Karna salah satu uangnya robek
Kyai : Ya, Tapi ini uangnya sama
bagus dan sama kondisinya.
Murid
2 : Yang satu di tabung yang
satu di belanjakan pak Kyai.
Kyai : Tidak, jika ditabungkan
uangnya tetap dalam kondisi Rp.5.000 dan nilai uangnya tetap Rp5.000
Murid
3 : Pasti pak Kyai salah baca kitab tebakannya.
Kayi : Hahahaha....
Saya belum punya
kitab tebakan
Murid : Jadi
kenapa bisa begitu pak Kyai?
Kyai : Baiklah, saya akan jawab sendiri pertanyaannya.
Jawabannya adalah
uang tersebud disedekahkan oleh orang yang berbeda dengan kondisi ekonomi yang
berbeda.
Murid : Bagaimana
maksudnya pak Kyai?
Kyai : jadi begini ya, di dengerin bpk akan cerita. Semoga dari cerita
bapak nanti bisa jadi ilmu yang berkah dan memperjelas jawaban bpk tadi.
Di desa A, ada Tuan
C dan Bpk D. Tuan C adalah saudagar kaya dengan rumah mewah, sawah yang luas
dan perkebunan yang cukup luas dengan jumlah kendaraan mewah yang berjajar di
garasinya antara 3 – 5 unit mobil. Penghasilan Tuan C perhari bisa rata-rata
Rp.5.000.000.
Bapak D adalah
kepala rumah tangga sederhana, peerjaannya hanyalah buruh tani di sawah milik
tuan C. Kehidupannya cukup sederhana dengan rumah sederhana dan satu-satunya
alat transportasinya adalah sepeda gunung (Sepeda ontel). Dari pekerjaan bpk D
biasanya ia diberi upah harian sebesar Rp.25.000/ hari inipun karena bpk D
menggarap cukup luas sawah Tuan C sehingga waktu Bpk D mulai pagi dan sore baru
pulang.
Pada hari jum’at
Tuan C dan Bpk D biasa bertemu di masjid untuk menunaikan kewajiban sebagai
seorang muslim dan pada hari itu diketahuilah bahwa Tuan C dan Bpk D sama-sama
mengisi infak sebesar Rp.5.000.
Hari berganti
hari, minggu berganti minggu, Tuan C mengalami musibah kecelakaan dan ia harus
menanggung biaya pengobatan untuk keluarganya dan keluarga orang yang di
tabraknya, dan juga memberi santunan untuk keluarga korban karna salah satunya
meninggal dunia.
Syukurnya, Tuan C
tergolong orang yang kuat ibadahnya. Ditengah cobaan beliau masih tetap taat
menjalankan sholat, dan seperti biasa pada jum’at-jum’at sebelumnya bertemulah
kembali Tuan C dan Bpk D di masjid untuk sholat jum’at. Biasanya mereka akan
emasukkan infak sebesar Rp.5.000, tapi
kali ini Tuan C tidak memasukkan infakny, ia hanya mendorong kotak infak yang
sampai pada dirinya. Berbeda dengan Bpk D yang tetap memasukkan infaknya
Rp.5.000. dan hal itu diketahui oleh Tuan C, sehingga setelah sholat jum’at Bpk
D dipanggil oleh Tuan C dan ditanya : “Bpk D saya lihat setiap jum’at bpk
selalu mengisi infak sebesar Rp.5.000, apa bpk tidak merasa keberatan? Bukankah
upah bapak cuman Rp.25.000 / hari?
Bpk D hanya
tersebum dan menjawab : “ jangan di omong-omongin atuh tuan, nanti saya sombong,
saya takut dosa”.
Tapi saya mau
tahu, apa bpk tidak merasa keberatan? Timpal Tuan C lagi untuk mengetahui
jawaban Bpk D, dan akhirnya Bpk D memberikan jawaban agar Tuan C bisa lega dan
tidak penasaran, “tentu tidak keberatan Tuan, itukan tabungan kita untuk di
akhirat. Kebutuhan lainnya mah serahkan kepada Allah, biar Gusti Allah yang
ngatur. Buktinya Allah berikan kemudahan rejeki untuk saya melalui tangan dan
sawah Tuan yang saya garab. Saya mah cuman bisa infak segitu Tuan, beda atuh
sama Tuan klo infak mestinya ya Tuan uang sebesar itu apa artinya ngak ada
seujung kuku dari penghasilan Tuan. Pokoknya Tuan mah orang hebat, saya
bersyukur bisa punya majikan seperti tuan”. Setelah memberi jawaban Bpk D berpamitan
karna akan meneruskan pekerjaannya di sawak.
Tuan C tertegun
melihat kepergian Bpk D yang sudah menggunakan motor, tapi tetap santun dan
selalu ceria jika menemui majikannya dan juga ramah terhadap orang
disekelilingnya. Jawaban Bpk D terus terngiang ditelinga Tuan C, ia merasa malu
pada Allah yang sudah menitipkan banyak harta untuknya tapi untuk infak saja
berhenti ketika sedang di coba, sedangkan Bpk D tetap istiqomah dengan
kebiasaan infaknya walaupun penghasilannya jauh dibawahnya.
Nah, murid-murid
sudah tahu belum. Kenapa uang Rp.5.000 bisa berbeda nilainya?
Murid : Sudah
Pak Kyai
Kyai : Ayo, coba jelaskan sedikit.
Murid : Bapak
D nilai infak Rp.5.000 nya lebih tinggi dari pada nilai infak Tuan C yang
Rp.5.000
Karena Tuan C
penghasilannya jauh lebih besar dari pada Bpk D, sehingga nilai infak Tuan C
ternilai lebih kecil.
Kyai : Baik, di ingat ya. Nilai mata uang yang kita berikan di jalan
Allah semuanya baik dan diterima. Namun jika kita ambil pertimbangan tentu yang
penghasilannya besar sewajarnya infak atau sedekahnya juga lebih besar.
Demikian Kelakar #2 kali ini sahabat-sahabatku, semoga
bisa menajadi masukan dan pengingat terutama bagi penulis yang masih bahil. Semoga
kita semua bisa menjadi orang-orang yang dermawan dan ahli sodakoh. Amin.