WARISAN DAN PENINGGALAN DARI RAMADAN KEMARIN
Susanto (Gus Cokro ST)- Rimbo Ulu, 2 Juni 2020
Tamu agung itu telah
pergi. Kita tidak tahu apakah tahun depan masih dipertemukan kembali atau
tidak. Ya,
bulan suci Ramadhan telah berlalu. Kini Syawal telah tiba. Harapan apa yang
hendak diraih di bulan Syawal hingga bulan-bulan selanjutnya setelah kita
digodok sebulan penuh di bulan Ramadhan? Kita tidak ingin nuansa Ramadhan
menjadi pudar. Untuk itu, spirit Ramadhan mesti kita jaga dengan
sebaik-baiknya. Jangan sampai kita terlena kembali oleh hiruk-pikuk dunia
sehingga melupakan apa yang sudah kita bangun pada bulan Ramadhan.
Kita masih ingat bagaimana
menyambut Ramadhan dengan antusias. Pada siang hari menahan lapar dan
haus serta menjaga dari hal-hal buruk. Selama Ramadhan kita bersemangat
ibadah Tarawih dan tadarus Alquran. Kita juga rela bangun pukul tiga dini hari
untuk sahur. Apakah antusiasme dan keseriusan itu masih ada di bulan ini? Bulan
suci Ramadhan memberikan tiga warisan penting yang perlu kita pegang erat-erat
dalam keseharian kita. Pertama, Alquran. Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran.
Rasulullah SAW dan para sahabat memberikan teladannya. Mereka begitu rajin
membaca Alquran hingga beberapa kali khatam. Kita juga di bulan Ramadhan
melakukan tadarus setiap hari yang lain dari biasanya.
Kebiasaan ini selayaknya
dipertahankan di bulan-bulan selanjutnya. Sebagai petunjuk, Alquran tidak hanya
dibaca tetap juga diamalkan segala perintah serta larangan yang tertera di
dalamnya. Firman Allah: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya
diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) ...” (QS
al-Baqarah: 185).
Kedua, shalat. Pada bulan
Ramadhan juga intensitas shalat begitu meningkat. Hal ini disebabkan semua
amalan akan dilipatgandakan, sehingga memacu kita untuk melaksanakan
shalat-shalat sunah. Paling tidak kita melaksanakan shalat sunah Tarawih
sebelas rakaat ataupun 23 rakaat. Selayaknya amalan shalat sunah itu tetap
dilakukan di bulan-bulan selanjutnya sebagai tanda keberhasilan kita di bulan
Ramadhan
Ketiga, infak. Pada bulan
Ramadhan, kita juga dengan mudah memberi, mulai dari yang sunah seperti
berinfak, menyantuni fakir-miskin, memberi iftar, hingga yang wajib, yaitu
zakat fitrah dan zakat mal. Kebiasaan memberi ini
sepatutnya dipertahankan dan terus dilestarikan di bulan-bulan berikutnya.
Ketiga
hal di atas merupakan warisan berharga dari bulan Ramadhan yang mesti kita jaga
dan amalkan terus-menerus dari bulan ke bulan hingga Ramadhan datang kembali di
tahun berikutnya. Maka, dengan demikian, kita bisa mencapai predikat
manusia fitri, yang berhasil mengimplementasikan spirit Ramadhan di setiap
bulannya.
Bukan
tidak mungkin apabila implementasi ini muncul dari kesadaran kolektif, kaum
Muslim betul-betul mencapai umat terbaik (khairu ummah) dan umat terpilih
(ummatan wasathan).
Hal
ini senada dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (QS
Fathir: 29).
Mudah-mudahan
di bulan Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya kita terus mengamalkan tiga
warisan Ramadhan di atas.
@BloggerMahasiswa
@BloggerMahasiswaIndonesia
@MenulisSerempak
@SusantoTan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar